Ada seorang dokter yang
berkunjung ke sebuah rumah sakit di luar negeri dan menyaksikan sendiri
bagaimana sebuah penerapan TI digunakan di sana. Sekembaliya ke tanah air, dia
terinspirasi dan lalu megistruksikan tenaga TI di rumah sakitnya tersebut untuk
menyediakan fungsi serupa, sama persis dengan yang dia lihat di rumah sakit di
luar negeri yang sebelumnya dia saksikan. Misalnya, dia hanya perlu mengklik
sebuah tombol di layar dan semua catatan pertemua dengan salah satu pasiennya
langsung terpampang di layar. Setelah tenaga - tenaga TI yang diinstruksikan
tadi bekerja siang dan malam untuk memenuhi permintaan sang dokter, ternyata
fungsi yang telah dibuat itu tidak digunakan sama sekai.
Tidak semua lulusan mempunyai
dedikasi yang sama pada pekerjaan. Seorang Peneliti Teknologi Informasi
menyatakan pengalamanya ketika dia bekerja di salah satu lembaga penelitian
milik pemerintah. Di sana mereka semua adalah pegawai negeri sipil. Ketika dia
diberi tugas membangun situs web untuk lembaga tersebut, dia bersikeras agar
pekerjaanya itu di-OutSource-kan saja. Padahal, ketika itu ada salah seorang
rekan juniornya yang sangat cerdas dan sangat berminat pada bidang pemrograman.
Dia ada dalam timnya dan dia sudah siap sedia belajar bagaimana caranya
membangun situs web. Pengamat IT yang bekerja dalam istansi tadi mengetakan
pada rekan juniornya yang dinyataka cerdas tadi, "Lebih baik kita
memikirkan hal-hal yang lebih tinggi levelnya, seperti informasi apa yang harus
tersedia dan bagaimana informasi ini selalu diperbaharui. Lebih baik kita
serahkan pekerjaan membangun situs pada orang lain yang memang sudah
berkompeten di bidang itu. Biaya yang harus kita keluarkan memang besar, tapi
situs kita akan terwujud dan hasilnya akan lebih baik."
Pengamat IT tadi memberi kelonggara
pada rekan juniornya agar tidak terkekang dalam satu pekerjaan satu saja.
Sebagai pegewai negeri yang telah menikah, dia juga harus mencari tambahan
dengan aktif melibatkan diri di proyek penelitiannya. Dengan demikian, dia
tidak akan punya kesempatan untuk belajar dan mengerjakan proyek pembangunan
situs lembaga tersebut.
Lain halnya jika dia diberikan
kesempatan untuk mengikuti kursus - kursus singkat untuk mendapatkan
keterampilan membangun situs web. Di samping itu, sudah barang tentu dia harus
mendapatkan kompensasi yang cukup besar agar keluarganya tida terlantar.
Sebagai rekan sekantor, si Peneliti IT tadi tahu bahwa dia sangat loyal dan
tidak akan meninggalkannya setelah menikmati fasilitas pendidikan seandainya
kantor dapat memberikannya. Tapi, sebagai institusi pemerintah, pimpinan
lembaga tidak bebas mengalokasikan dana dan memberikan seorang pegawai gaji
yang melebihi pegawai lain yang berbeda di jejang kepangkatan yang sama.
Celakanya lagi, seringkali
manajemen memandang remeh tenaga IT. Gaji mereka selalu di keluhkan sangatlah
pas-pasan. Mungkin mereka beranggapan bahwa tenaga IT mudah diganti, karena
setiap tahun ada begitu banyak lulusan S1 Komputer yang mencari pekerjaan.
Mereka lupa, tidak semua lulusan mempunyai dedikasi yang sama pada pekerjaannya
dan loyalitas yang sama kepada lembaga.
Para tenaga kerja yang memiliki
keahlian di bidang IT sering tidak di hargai selayaknya, termasuk secara
finansial. Padahal kita semua sudah tahu bila ada masalah dengan sistem IT di
organisasi mereka adalah orang-orang yang harus menelan caci maki pengguna,
meskipun tidak jarang kesalahan dilakukan justru oleh pengguna. Begitu juga
kalau komputer para pimpinan bahkan komputer yang di pakai anak-anak mereka
terserang virus, tenaga IT di kantor yang harus turun tangan berjuang
membersihkannya.
Selain membutuhkan pendidikan dan
fasilitas yang lainnya, sumber daya manusia di bidang IT juga adalah manusia
biasa. Mereka haus akan penghargaan atas jerih payah mereka. Apa yang terjadi
ketika sang dokter memerintahkan tenaga IT-nya untuk mengembangkan
fungsi-fungsi yang dia inginkan, tapi kemudian tidak dipakai bukanlah bagian
dari pengembangan sumber daya manusia yang baik. Tenaga IT bukan hanya sekedar
tukang. Kontribusi mereka pada organisasi cukup besar.
Bagaimana dengan tenaga IT
sendiri? Seperti kita semua, mereka harus terus belajar. Mereka harus terus
belajar. Mereka harus berusaha mendapatkan sebanyak mungkin sertifikat yang
kemudian bisa diajukan untuk kenaikan pangkat dan perbaikan gaji.
Demikian ulasan yang saya kutip
dari sebuah majalah IT tanah air, semoga memberikan pegetahuan kepada para
pembaca sekalian terutama para aktifis IT dan Lembaga instansi yang
memanfaatkan IT untuk pengembangan instansinya./KangUky
0 Komentar:
Posting Komentar